Jumat, 05 November 2010

TEORI SEDIAAN TABLET

PENDAHULUAN

I.1 Definisi
Tablet adalah sediaan bentuk padat yang mengandung substansi obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya, dapat diklasifikasikan sebagai tablet atau tablet kompresi .(USP 26, Hal 2406)
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. (FI IV, Hal 4)

I.2 Kriteria Tablet
Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan;
2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil;
3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik;
4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan;
5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan;
6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan;
7. Bebas dari kerusakan fisik;
8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan;
9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu;
10. Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku.
(Proceeding Seminar Validasi, Hal 26)

I.3 Keuntungan Sediaan Tablet
Sediaan tablet banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan, yaitu :
1. Tablet dapat bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih;
2. Tablet memberikan ketepatan yang tinggi dalam dosis;
3. Tablet dapat mengandung dosis zat aktif dengan volume yang kecil sehingga memudahkan proses pembuatan, pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan;
4. Bebas dari air, sehingga potensi adanya hidrolisis dapat dicegah/diperkecil.

Dibandingkan dengan bentuk sediaan lain, sediaan tablet mempunyai keuntungan, antara lain :
1. Volume sediaan cukup kecil dan wujudnya padat (merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak), memudahkan pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan;
2. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh (mengandung dosis zat aktif yang tepat/teliti) dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah;
3. Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume yang kecil;
4. Tablet merupakan sediaan yang kering sehingga zat aktif lebih stabil;
5. Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air;
6. Zat aktif yang rasanya tidak enak akan berkurang rasanya dalam tablet;
7. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah; tidak memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul;
8. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya tablet tidak segera terjadi;
9. Pelepasan zat aktif dapat diatur (tablet lepas tunda, lepas lambat, lepas terkendali);
10. Tablet dapat disalut untuk melindungi zat aktif, menutupi rasa dan bau yang tidak enak, dan untuk terapi lokal (salut enterik);
11. Dapat diproduksi besar-besaran, sederhana, cepat, sehingga biaya produksinya lebih rendah;
12. Pemakaian oleh penderita lebih mudah;
13. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia, mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.
(The Theory & Practice of Industrial Pharmacy, Lachman Hal 294 dan Proceeding Seminar Validasi, Hal 26)

I.4 Kerugian Sediaan Tablet
Di samping keuntungan di atas, sediaan tablet juga mempunya beberapa kerugian, antara lain :
1. Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan tidak sadar/pingsan);
2. Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :
• Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat, karena sifat amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis;
• Zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob), lambat melarut, dosisnya cukup besar atau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna, atau kombinasi dari sifat tersebut, akan sulit untuk diformulasi (harus diformulasi sedemikian rupa);
• Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau bau yang tidak disenangi, atau zat aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer, dan kelembaban udara, memerlukan enkapsulasi sebelum dikempa. Dalam hal ini sediaan kapsul menjadi lebih baik daripada tablet.
(The Theory & Practice of Industrial Pharmacy, Lachman Hal 294)

Tetapi jika dibandingkan dengan keuntungannya, kerugian sediaan tablet jauh lebih sedikit sehingga sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak dijumpai di perdagangan.

I.5 Masalah-Masalah Dalam Pembuatan Tablet
Permasalahan yang mungkin timbul adalah berkenaan dengan bagaimana cara membuat sediaan yang baik dan sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Untuk membuat sediaan yang baik diperlukan data preformulasi yang meliputi stabilitas, organoleptik, sifat fisikokimia, dan data-data lain yang menunjang sehingga dapat diperkirakan bahan baku yang cocok untuk terbentuknya suatu sediaan yang baik dan tercapainya tujuan penggunaan.
Adapun masalah-masalah yang mungkin terjadi :
1. OTT zat aktif (meleleh, berubah warna, terurai, dan sebagainya).
2. Stabilitas zat aktif :
a. Untuk zat yang rusak oleh adanya air, dibuat dengan metode pembuatan tablet yang tidak menggunakan air dan perlu diperhatikan pelarut yang digunakan untuk granulasi.
b. Untuk zat yang mudah teroksidasi dengan pemanasan dan sinar UV, digunakan metode pembuatan tablet yang tidak memakai pemanasan dan sinar UV dalam prosesnya.
c. Untuk zat yang higroskopis, jangan menggunakan metode granulasi basah memakai mucilago amyli karena massa cetak yang terjadi sulit untuk dikeringkan. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan adsorben seperti Aerosol <>30%) dapat dibuat dengan GK.
3. Pemilihan bahan pembantu yang cocok
Untuk penentuan eksipien perlu diperhatikan OTT dengan zat aktif. Di samping itu, bahan pembantu yang digunakan harus mempunyai titik leleh yang cukup tinggi sehingga pada pencetakan tidak meleleh.
4. Jumlah fines total
Jumlah fines yang ditambahkan pada masa cetak maksimal 30%, idealnya 15%. Jika lebih besar akan menyusahkan pada pencetakan tablet.
5. Perbandingan bobot jenis zat aktif dengan pembawa (jika terlalu jauh hendaknya jumlah fine sesedikit mungkin)
6. Konsentrasi Mg stearat sebagai lubrikan maksimal 2%. Jika terlalu besar akan terjadi laminating.
7. Penggunaan mucilago amyli sebagai pengikat pada proses pembuatan tablet akan mempersulit disolusi zat aktif dari dalam granul karena mucilago amyli yang sudah kering sulit ditembus air. Untuk mengatasinya, perlu ditambah pembasah (Tween 80 0.05%-0.15%) sehingga tablet mempunyai waktu hancur lebih baik.
8. Pada penggunaan PVP sebagai pengikat, PVP sebaiknya dilarutkan dalam alkohol 95%. Tetapi pada tahap awal, volume alkohol yang digunakan tidak diketahui sehingga dapat diberikan sebagai serbuk.
9. Penggunaan amylum yang terlalu banyak (maksimal 30%) menyebabkan tablet tidak dapat dicetak karena kompresibilitasnya sangat jelek.
10. Amylum yang digunakan sebagai penghancur luar haruslah amylum kering karena dengan adanya air akan menurunkan kemampuannya sebagai penghancur. Pengeringan amylum dilakukan pada suhu 70 C karena pada suhu ini tidak terjadi gelatinasi dari amylum.
11. Pada pembuatan tablet dengan metode KL, sebagai pembawa dapat digunakan kombinasi Avicel dengan Primogel atau Avicel dan Starch 1500 dengan perbandingan 7:3 (penelitan Aliyah) atau 3:1. Karena Avicel memiliki kompresibilitas yang baik tapi alirannya kurang baik, maka untuk memperbaiki alirannya dapat digunakan Primogel atau Starch 1500.
12. Untuk mengatasi kekeringan granul akibat pengeringan yang tidak terkontrol maka perlu penambahan humektan yaitu gliserin atau propilen glikol 1 – 4% dihitung terhadap mucilago. 
Gliserin ditambahkan pada mucilago (pengikat) untuk mempermudah homogenitas gliserin pada tablet, sama halnya dengan penambahan Tween untuk zat aktif hidrofob pada mucilago.
Penambahan gliserin dan Tween adalah untuk tujuan:
- Gliserin : dikhawatirkan pada waktu pengeringan air hilang/menguap semua
- Tween : dikhawatirkan komposisi yang digunakan menolak air, sehingga perlu penambahan Tween agar tablet tidak pecah.
Jumlah Tween yang tepat tergantung pada:
• Jumlah zat aktif
• Jumlah bahan pembantu yang digunakan
13. Jumlah aerosil yang ditambahkan tidak boleh lebih dari 3% karena aerosil bersifat voluminous dan menyerap air sehingga tablet dapat membatu yang menyebabkan waktu hancur lebih lama.
14. Bila bobot tablet terlalu tinggi dan bervariasi
Kemungkinan disebabkan oleh:
• Distribusi pada hoover yang disebabkan proses getaran. Sehingga yang kecil terdesak, granul yang besar akan keluar lebih dahulu, karena ada proses pemampatan. Oleh karena itu perlu diusahakan ukuran granul yang seragam.
• Aliran granul yang kurang baik
• Distribusi partikel tidak normal, karena bobot jenis berbeda jauh, sehingga aliran jelek.
• Lubrikan kurang sehingga alirannya jelek.
15. Jika zat aktif larut air:
• Jangan menggranulasi dengan air
• Sebagai pengikat, gunakan pelarut yang tidak melarutkan massa tablet.
Ketentuan : misalkan digunakan pelarut X, boleh saja ada zat yang larut dalam pelarut X yang digunakan sebagai pelarut pengikat, tetapi maksimal 30%.

Permasalahan-Permasalahan Khusus
1. Campuran Eutektik
Timbang kedua zat aktif secara proporsional, masukan dalam mortir dan digerus. Bila meleleh berarti eutektik.
Cara lain adalah setelah dicampur kedua zat aktif tambahakan musilago pakai air, bila tidak kering berarti eutektik, atau musilago diganti dengan PVP alkohol.
2. Pembuatan tablet Etambutol
Harus disalut dengan pahan penyalut yang larut alkohol larut asam lemak tetapi tidak larut air, lebih baik disalut dengan Cetosel. Etambutol jika digranulasi dengan PVP/alkohol akan semakin melengket. Jadi cetak langsung atau granulasi kering/slugging. Dengan slugging, kekompakan akan turun, friabilitas menjadi tinggi. Teknik penambahan PVP : tambahkan dulu PVP kedalam massa cetak sampai homogen lalu ditambahkan alkohol sehingga jumlahnya tepat.
3. Vitamin C
Jangan gunakan Avicel, ini mempercepat oksidasi vitamin C. Bisa digunakan PVP tapi jelek. Pakai musilago dalam ruang hampa udara/bisa juga dipakai Cetosel dalam alkohol/eksplotab/starch. Jangan digunakan dengan granulasi basah karena waktu hancurnya akan jelek.
Yang baik gunakan Avicel adalah selama tidak OTT dengan zat aktif. Avicel dapat digunakan untuk cetak langsung, atau juga granulasi basah tetapi sebagai pengisi. Jika Avicel tidak larut air dapat bertindak sebagai fasa luar dan fasa dalam. Jika Avicel sebagai fasa luar, amilum kering dihilangkan sehingga komposisi FL :
R/ Avicel 6%
Talk 1% (dikurangi)
Mg Stearat 1%
Demikian juga jika digunakan Aerosil sebagai fasa luar, talk dikurangi karena telah berfungsi juga sebagai glidan.
4. Starch
Starch yang baik jumlahnya 30%, jika zat jumlahnya tinggi bila ditambah Starch 1500 30% maka bobot tablet akan semakin besar sedangkan yang harus ditambahkan adalah lubrikan, pelincir, maka starch ditambahkan kurang dari 30% yang membuat aliran menjadi jelek. Untuk mengatasi hal ini, gunakan Avicel yang dapat bertindak sebagai pengisi juga penghancur.
Kombinasi Starch 1500 dan Eksplotab baik untuk pembuatan tablet secara cetak langsung sebagai penghancur, jangan digunakan sebagai pengisi.
5. Pembuatan Granulasi Kering
ARC 591 jangan memakai alkohol yang mengandung air (pakai alkohol yang tidak berair). Jika mengandung air sulit direkonstitusi.
6. Penggunaan Pharmacot, Etocel, PVP
Hanya untuk zat aktif yang tidak boleh kena air (karena akan terurai). Kombinasi Starch 1500/Avicel hanya untuk cetak langsung, jumlah Avicel dikurangi dan Starch-nya 30%. Starch 1500 tidak boleh untuk granulasi basah sebagai pengisi karena Starch dengan air akan membentuk gel yang dapat berfungsi sebagai pengikat yang sangat kuat. Tetapi sebagai penghancur untuk SL dapat digunakan dengan teknik granulasi basah.
7. Penanganan Ekstrak untuk Tablet
Ekstrak kental larutkan dulu dalam etanol 70% kemudian dikeringkan dengan SL. Untuk ekstrak Belladona 1:3.

Masalah Pada Beberapa Senyawa Aktif
• Papaverin HCl, jika digunakan air dapat larut maka gunakan pelarut yang tidak melarutkan zat tersebut.
• Zat hidrofob seperti Fenilbutazon, Vioform, Parasetamol, Ester Kloramfenikol dapat dilakukan penambahan Tween 80 0,01% bobot tablet atau saponin 5% bobot tablet (ditambahkan mucilago amyli sebanyak 0,03%)
• Diazepam, jika dibuat granul akan kasar, oleh karena itu dapat dihaluskan terlebih dahulu.
• Untuk vitamin C dan Parasetamol, gunakan pelarut non air, keringkan dengan dehumidifier.
• Fe mempunyai bobot jenis yang tinggi, maka gunakan pengikat PVP dalam alkohol karena jika digunakan air akan terjadi oksidasi Fe2+ menjadi Fe3+.
• Untuk vitamin B12, gerus 1 g + etanol + SL (99 g), keringkan jika minta dispensasi bahwa tidak ada yang hilang selama proses berarti 100 g sebanding dengan 1 g vitamin B12.
Selain itu, vitamin B12 terikat sangat kuat dengan mucilago amyli sehingga waktu hancurnya lama. Avicel dengan mucilago amyli membentuk adonan lengket yang sukar digranulasi. Kadarnya sangat kecil, perlu diajukan uji keseragaman kandungan.
• Penisilin VK terbaik dibuat dengan cara slugging
• Mg(OH)3 + alukol terbaik digunakan cetak langsung, dapat granulasi basah menggunakan PVP dalam alkohol, jika menggunakan mucilago amyli, kapasitas penetralan dapat turun.
• Alukol berat jenis tinggi untuk tablet (aliran baik), berat jenis rendah dapat digunakan untuk suspensi, tablet kunyah, voluminous.
• Etambutol, tablet cepat basah. Granulasi dengan alkohol atau disalut atau ditambahkan etambutol sebagai fines.
• Alukol + ekstrak Belladona, gunakan SL sebagai pengisi. Karena ekstraknya pahit, jarang untuk obat kunyah. Bila dibuat obat kunyah maka tambahkan asam siklamat dan sakarin untuk mengatasi rasa pahit. Alukol dengan antasid lain, OTT terhadap CMC. Perlu dilakukan uji penetralan terhadap bahan baku dan tablet (minta dispensasi).
• Untuk garam-garam Kalsium, Ca Pantotenat dan lainnya tidak dapat memakai mucilago amyli sebagai pengikat sebab akan terbentuk massa seperti lem.
• Mg-stearat dan Eksplotab, bila zat aktif bersifat asam, jangan menggunakan Mg stearat dan Eksplotab, ganti saja Mg-stearat dengan asam stearat.
• Antibiotika, terutama yang tidak tahan pemanasan, dilakukan dengan slugging atau dehumidifier (dengan alkohol + air) disedot pada suhu 30 C tetapi hasilnya kurang baik, sebab potensi akan menurun karena kontak dengan air.
• Ekstrak untuk tablet, ekstrak kental dilarutkan dulu dalam etanol 70%, baru dikeringkan dengan SL. Ekstrak Belladona 1:3 artinya dalam 3 bagian ada 1 bagian. Contohnya jika diinginkan 20 mL ekstrak Belladona maka yang diambil adalah 60 mL, digerus halus dan dicampurkan dengan pengisi sedikit demi sedikit.
• Untuk zat-zat berkhasiat yang sangat pahit seperti Kloramfenikol harus disalut (dispensasi). Kloramfenikol palmitat tidak bisa dibuat tablet karena masih ada sisa asam palmitat yang menyebabkan tablet mudah pecah karena sukar diikat.
• INH dan PAS tidak dapat dibuat kombinasi dalam tablet karena PAS diabsorbsi di usus tidak boleh terdisolusi di lambung (?).

Catatan Lain
1. Fines
Maksimum 30% dari bobot tablet termasuk Fase Luar (FL) jika lebih dapat terjadi capping. Jumlah yang berbeda, distribusi berbeda dapat diatasi dengan hoover yang tidak bergetar dan atau adanya pengaduk.


2. Eksplotab
Tidak tahan asam, hanya untuk penghancur luar, tidak bisa untuk granulasi basah, digunakan 3-5%, maksimum 25%.
3. Starch 1500
Pengisi tablet untuk cetak langsung. Jika ada air akan menjadi gel sehingga zat aktif terhambat, daya mengembang kurang sehingga waktu hancur menjadi jelek. Pengisi tablet tidak lebih dari 30%.
4. Avicel pH 101,102,103 baik untuk tablet cetak langsung
5. Jika jumlah zat aktif kecil dan berbentuk hablur, resiko ketidakseragaman kandungan zat aktif besar jika dibuat secara cetak langsung, karena kurang homogen.
6. Untuk cetak langsung gunakan zat aktif yang halus dengan aliran baik.
7. Jika basis kasar dan zat aktif halus, maka distribusi menjadi tidak merata karena terjadi distribusi ukuran partikel yang tidak merata, terutama saat pencetakan, akibat getaran.
8. Vitamin B12 untuk cetak langsung harus dihaluskan terlebih dahulu. Gunakan pengisi manitol, bukan dengan SL.
9. Untuk antibiotika, pilih pengikat yang tidak mengubah potensi.
10. Mekanisme umum hancurnya tablet adalah pembasahan, penetrasi air, pengembangan, dan hancur. Untuk cetak langsung, jika kecepatan aliran masa cetak 1,5 g/dt atau lebih sudah cukup baik.
11. Jika zat aktif 200 mg per tablet, siap-siap untuk dibuat secara cetak langsung.
12. Dalam evaluasi waktu hancur tablet, tinjau mekanisme waktu hancur, surfaktan, desintegrator lebih baik yang hidrofob.
13. PVP mudah ditembus air.
14. Ac di sol 3% sebagai penghancur luar untuk memperbaiki waktu hancur.
Granulasi dibuat terpisah dengan pertimbangan jumlah granul sama banyak, distribusi granul sama di mana perbandingan granul A dan B sama, kelemahan distribusi tidak selalu sama.
15. Ukuran (mesh) 18-20; 20-22; yang biasa 16-16
Jika granul pengikatnya lemah, gunakan pengayak dengan ukuran mesh sama
16. Zat aktif dengan bobot jenis tinggi (umumnya BJ zat anorganik), granulasi seperti biasa, FL sekecil mungkin.
17. CaCO3 dapat digunakan sebagai penghancur di dalam lambung yang akan menyerap asam lambung dan berubah menjadi CO2.

Permasalahan Dalam Pencetakan Tablet
Masalah-masalah yang dapat muncul selama proses pencetakan tablet secara umum, seperti :
• Capping : pemisahan sebagian atau keseluruhan bagian atas/bawah tablet dari badan tablet
• Laminasi : pemisahan tablet menjadi dua bagian atau lebih
• Chipping : keadaan dimana bagian bawah tablet terpotong
• Cracking : keadaan dimana tablet pecah, lebih sering di bagian atas-tengah
• Picking : perpidahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada permukaan punch
• Sticking : keadaan dimana granul menempel pada dinding die (ada adhesi)
• Mottling : keadaan dimana distribusi zat warna pada permukaan tablet tidak merata

Masalah Lain Pada Pencetakan Tablet Secara Khusus
1. Lengket pada Cetakan
Manifestasinya :
• Melekat pada die dan sulit untuk dikeluarkan
• Bunyi keras pada mesin
• Tablet kopak, jelek, sisi tablet kasar, kadang-kadang hitam
Penyebab :
 Antiadheren kurang
 Lubrikan kurang atau tidak tepat
Contoh : Tablet asetosal dengan Mg stearat lengket, seharusnya digunakan asam stearat (yang mikronize karena fungsi lubrikan adalah antar partikel sehingga kalau halus akan terselimuti oleh lubrikan).
 Kandungan air (aspek kadar air) tinggi akan menyebabkan penempelan pada die, sedangkan kadar air rendah dapat menyebabkan laminating atau capping.
 Kemungkinan karena interaksi kimia atau fisika, contoh interaksi fisika etoksi benzamin dengan kafein, gliseril guaiakolat dengan prometazin HCl, yaitu terjadinya pelelehan sehingga adhesivitas tinggi dan akhirnya menjadi lengket.
 Bahan baku dengan titik leleh sangat rendah, sehingga kesulitan dalam masalah pencetakan, contoh : Ibuprofen, Gliseril guaiakolat, Siprofloksasin (Antibiotik turunan Imidazol).
Penyelesaian Masalah :
• Meningkatkan antiadheren dan lubrikan
• Penggantian lubrikan yang cocok
• Mengurangi jumlah granul yang kasar
• Mengurangi jumlah air tapi jangan sampai berada di bawah optimum, karena tablet menjadi kurang baik. Jika sudah diketahui jumlah pembasah yang paling baik maka agar pembasahnya pas, dilakukan dengan menambahkan pembasah ke dalam larutan pengikat, yaitu bahan pembantu yang tidak menguap tapi basah, contoh Propilen glikol atau gliserin.
• Jika terjadi lengket mungkin karena punch dan die yang rusak, sebab kalau cacat pada punch, maka akan melekat sehingga ratakan punch dan die.
• Kalau mungkin pencetakan pada suhu rendah dan humuditas rendah karena khusus untuk bahan aktif dengan titik leleh rendah atau terjadi campuran eutektik maka zat campuran eutektik semakin mudah menyerap air. Contoh : Kombinasi ampisilin dengan asam klavulanat, dimana asam klavulanat mudah hancur dengan kelembaban dan temperatur yang tinggi. Oleh karena itu, pembuatannya dilakukan dalam suhu dan RH yang rendah.
• Perubahan bahan pengisi, bahan pengisi dengan titik leleh tinggi dan dapat mengadsorbsi, seperti SiO2 dan aerosil (adsorben). Penambahan aercsil pada tablet akan menyebabkan penampilan tablet yang bagus, jernih dan mengkilat, namun waktu hancur semakin panjang.

2. Lengket pada pons
Manifestasi :
• Terkelupasnya bagian tablet karena permukaan tablet melekat pada pons. Penyebab sama dengan tadi
• Kurangnya anti adheren
• Kandungan air tinggi
• Lengket pada pons
Penanggulangannya sama :
 Ubah ukuran granul
 Tambah adsorben
 Perbaiki alat
• Alat dipoles, sehingga adhesivitas tablet dan pons sangat kecil.
3. Capping/Laminating
Capping : copot
Laminating : belah
Penyebab :
 Terjebaknya udara pada tablet karena granul sangat halus
• Porositas tinggi, khususnya pada penggunaan pons yang baru, yaitu dengan adanya udara yang terjebak antara pons dan die
 Kekerasan yang terlalu rendah atau terlalu tinggi (ada yang optimal)
 Granul yang terlalu kering, cara : tambahkan dalam pelarut pengikat tambahkan bahan cair dan tidak mudah menguap
 Zat pengikat yang kurang tepat.
 Pengikat yang jumlahnya terlalu sedikit (tepat tetapi jumlahnya kecil)
Penanggulangannya
• Pembuatan granul diulang jika penyebabnya adalah kelebihan atau kekurangan pengikat atau tidak cocok.
• Tambahkan pengikat kering seperti gom arab, sorbitol, PVP, sakarin, NHPC, LHPC 21, Metilselulosa dengan konsistensi tinggi, sehingga meningkatkan kekompakan tablet.
• Pengurangan ukuran partikel dari granul, karena spesifikasi ukuran harus sama.
4. Sumbing atau retak-retak pada permukaan tablet
Manifestasinya :
Akibat dari ketiga masalah sebelumnya : laminating, lengket atau kadang-kadang karena pons yang terlalu dalam.
Penyelesaian :
• Pons dan die supaya di poles
• Untuk ukuran granul yang besar, kurangi partikel granul.
• Diganti pons dan die
• Tambahkan pengikat kering

5. Keseragaman bobot (FI III)
Penyebab pertama :
- Aliran kurang baik
- Distribusi ukuran granul yang tidak tepat, sebab dengan demikian mungkin saja timbul porositas tinggi, yang tidak dapat menjamin keseragaman bobot karena adanya distribusi baru pada saat pencetakan.
- Sistem pencampuran yang tidak benar, sehingga mesin harus terkunci baik terutama pons bawah karena dapat berubah-ubah sehingga bobot berbeda-beda.
Penyelesaian masalah :
- Perbaiki atau ulangi proses pembuatan granul, perbaikan ukuran granul, pengikat, granulasi, perbaikan pencampuran massa cetak.
- Perbaikan mesin tablet yaitu validasi mesin tablet.
- Kecepatan aliran dapat menyebabkan bobot tablet yang berbeda-beda. Penyebab kecepatan aliran : kandungan air tinggi sehingga adesivitas tinggi dan aliran menjadi kurang ; porositas tinggi, udara terjebak banyak karena fines dan pengikat yang tidak cocok atau kurang. Jumlah fines meningkat, porositas meningkat, aliran tidak baik.
Penyebab kedua : distribusi granul tidak baik.
Penyelesaian Masalah :
- Kurangi kadar air
- Pembuatan granul baru sehingga menyebabkan porositas kecil, distribusi granul optimal sehingga aliran bagus.
6 Keseragaman Kandungan (FI IV hlm.999)
Dilakukan bila :
• Kadar bahan aktif dibawah 50 mg
• Bila perbandingan kadar bahan aktif dengan bobot tablet lebih kecil dari pada 50%

Penyebab jeleknya keseragaman kandungan :
• Karena aliran jelek
• Pencampuran pregranulasi tidak benar maka tentukan dulu homogenitas zat aktif dalam granul (di pabrik)
• Karena kadar fines tinggi maka porositas tinggi (bobot berbeda-beda)
• Kandungan air yang tinggi sehingga aliran kurang baik
• Kondisi mesin tidak benar.

Penyelesaian masalah
• Perbaikan ukuran granul meliputi pencampuran, perubahan pengikat, granulasi.
• Kalibrasi mesin.

I.6 Jenis Sediaan Tablet
(Catatan Kuliah P’ Charles + Teori dan Praktek Farmasi Industri, Lachman Hal 706-717)

Berdasarkan prinsip pembuatan, tablet terdiri atas :
a. Tablet Kempa
Dibuat dengan cara pengempaan dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk/granul menggunakan pons/cetakan baja.
b. Tablet Cetak
Dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah pada lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada pembentukan kristal yang terbentuk selama pengeringan, tidak tergantung pada kekuatan yang diberikan

Berdasarkan tujuan penggunaan, tablet terdiri atas :
1. Tablet Kempa Tujuan Saluran Pencernaan
a. Tablet Konvensional Biasa
Tablet yang dibuat atau dikempa dengan siklus kompresi tunggal yang biasanya terdiri dari zat aktif sendiri atau kombinasi dengan bahan eksipien seperti:
  • Pengisi (memberi bentuk) : laktosa
  • Pengikat (memberi adhesivitas/kelekatan saat bertemu saluran pencernaan): musilago amili, amilum
  • Desintegrator (mempermudah hancurnya tablet)
b. Tablet Kempa Multi/Kempa Ganda
Adalah tablet konvensional yang dikompresi lebih dari satu siklus kompresi tunggal sehingga tablet akhir tersebut terdiri atas 2 atau lebih lapisan. Disebut juga sebagai tablet berlapis.
Keuntungannya dapat memisahkan zat aktif yang inkompatibel (tidak tersatukan)
c. Tablet Lepas Lambat
Tablet yang pelepasan zat aktifnya dimodifikasi sehingga tablet tersebut melepaskan dosis awal yang cukup untuk efek terapi yang kemudian disusul dengan dosis pemeliharaan sehingga jumlah zat aktif atau konsentrasi zat aktif dalam darah cukup untuk beberapa waktu tertentu. (misal tablet lepas lambat 6 jam, 12 jam, dsb).
d. Tablet Lepas Tunda (Tablet Salut Enterik)
Adalah tablet yang dikempa yang disalut dengan suatu zat yang tahan terhadap cairan lambung, reaksi asam, tetapi terlarut dalam usus halus.
e. Tablet Lepas Terkendali
Yang pelepasan zat aktifnya terkendali pada waktu-waktu tertentu.
f. Tablet Salut Gula
Adalah tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapis lapisan gula baik berwarna maupun tidak.
Tujuan: melindungi zat aktif terhadap lingkungan udara (O2, lembab), menutup rasa dan bau tidak enak, menaikkan penampilan tablet.
g. Tablet Salut Film
Tablet kempa yang disalut dengan salut tipis, bewarna atau tidak dari bahan polimer yang larut dalam air yang hancur cepat di dalam saluran cerna. Penyalutan tidak perlu berkali-kali.
h. Tablet Efervesen
Tablet kempa yang jika berkontak dengan air menjadi berbuih karena mengeluarkan CO2..Tablet ini harus dilarutkan dalam air baru diminum.
i. Tablet Kunyah
Tablet kempa yang mengandung zat aktif dan eksipien yang harus dikunyah sebelum ditelan.

2. Tablet Kempa Digunakan dalam Rongga Mulut
a. Tablet Bukal
Tablet kempa biasa berbentuks oval yang ditempatkan di antara gusi dan pipi. Biasanya keras dan berisi hormon. Bekerja sistemik, tererosi atau terdisolusi di tempat tersebut dalam waktu yang lama (secara perlahan).
b. Tablet Sublingual
Tablet kempa berbentuk pipih yang diletakkan di bawah lidah, berisi nitrogliserin. Biasanya untuk obat penyempitan pembuluh darah ke jantung (angina pectoris) sehingga harus cepat terlarut agar dapat segera memberi efek terapi. Diabsorbsi oleh selaput lendir di bawah lidah.
c. Tablet Hisap/Lozenges
Tablet yang mengandung zat aktif dan zat-zat penawar rasa dan bau, dimaksudkan untuk disolusi lambat dalam mulut untuk tujuan lokal pada selaput lendir mulut.
d. Dental Cones (Kerucut Gigi)
Yaitu suatu bentuk tablet yang cukup kecil, dirancang untuk ditempatkan di dalam akar gigi yang kosong setelah pencabutan gigi. Tujuannya biasanya untuk mencegah berkembangbiaknya bakteri di tempat yang kosong tadi dengan menggunakan suatu senyawa antibakteri yang dilepaskan secara perlahan-lahan, atau untuk mengurangi perdarahan dengan melepaskan suatu astringen atau koagulan. Pembawa yang umum digunakan adalah Na bikarbonat, NaCl atau suatu asam amino.

3. Tablet Kempa Digunakan Melalui Liang Tubuh
a. Tablet Rektal
Tablet kempa yang mengandung zat aktif yang digunakan secara rektal (dubur) yang tujuannya untuk kerja lokal atau sistemik.
b. Tablet Vaginal
Tabler kempa yang berbentuk telur (ovula) untuk dimasukkan dalam vagina yang di dalamnya terjadi disolusi dan melepaskan zat aktifnya. Biasanya mengandung antiseptik, astringen. Digunakan untuk infeksi lokal dalam vagina dan mungkin juga untuk pemberian steroid dalam pengobatan sistemik.

4. Tablet Kempa untuk Implantasi
Tablet Implantasi/Pelet
Dibuat berdasarkan teknik aseptik, mesin tablet harus steril. Dimaksudkan untuk implantasi subkutan (Untuk KB, 3-6 bulan, mencegah kehamilan).

5. Tablet Cetak untuk Penggunaan Lain (Di Lachman disebutkan Jenis Tablet untuk Membuat Larutan)
a. Tablet Triturat untuk Dispensing
Adalah tablet yang dihaluskan dulu atau disiapkan untuk penggunaan tertentu.
Tablet kempa atau cetak berbentuk kecil umumnya silindris digunakan untuk memberikan jumlah zat aktif terukur yang tepat untuk peracikan obat (FI IV).
Digunakan sebagai tablet sublingual atau dilepaskan di atas lidah dan ditelan dengan air minum.
b. Tablet Hipodermik
Tablet cetak/kempa yang dibuat dari bahan mudah larut/melarut sempurna dalam air. Umumnya digunakan untuk membuat sediaan injeksi steril dalam ampul dengan menambahkan pelarut steril (FI IV)
c. Tablet Dispensing
Tablet yang digunakan oleh apoteker dalam meracik bentuk sediaan padat/cair. Dimaksudkan untuk ditambahkan ke dalam air dengan volume tertentu, oleh ahli farmasi atau konsumen, untuk mendapatkan suatu larutan obat dengan konsentrasi tertentu.

Berdasarkan Rute Pemberian :
1. Tablet oral (dalam mulut)
2. Tablet rektal
3. Tablet vaginal
4. Tablet implantasi

Berdasarkan Penyalutan :
1. Tablet polos
2. Tablet salut gula
3. Tablet salut film

Berdasarkan Pelepasan Zat Aktif :
1. Tablet pelepasan biasa
2. Tablet lepas lambat
3. Tablet lepas tunda
4. Tablet lepas terkendali

TABLET




Tableeeeeet....
inilah kata yang bikin aku pusing selama beberapa hari ini
bayangin aja ujiannya bikin formulasi tablet. keliatannya sederhana sih, tapi berhubung aky ga terlalu ngerti masalah farmasetika *pengakuan dosa*, jadinya hasilnya belibet, mana mesti bikin kemasan lagi TT.TT

yupz... sekarang bukan saatnya untuk menangisi nasib yang udah lewat. sekarang saatnya berbagi tentang tablet.
biarpun aku cuma bisa *ngerti* segitu, tapi lumayan lah, uehehehe....



TABLET

STUDI PREFORMULASI
Rancangan dari suatu bentuk sediaan yang tepat memerlukan pertimbangan karakteristik fisika, kimia dan biologis dari semua bahan-bahan obat dan bahan-bahan farmasetik yang akan digunakan untuk membuat produk tersebut. Obat dan bahan-bahan farmasetik yang digunakan harus tercampurkan satu dengan yang lainnya untuk menhasilkan suatu produk obat yang stabli, manjur, menarik, mudah dibuat dan aman. Produk harus dibuat di bawah pengukuran kontrol kualitas yang tepat dan dikemas dalam wadah yang membantu stabilitas produk. Produk tersebut harus diberi etiket (label) agar tidak salah digunakan dan disimpan pada ondisi sedemikian rupa sampai shelf life maksimum. 


A. Bahan-bahan Farmasetik

Untuk membuat suatu zat obat menjadi suatu bentuk sediaan akhir, bahan-bahan farmasetik dibutuhkan. Dalam pembuatan tablet, pengencer atau pengisi biasanya ditambahkan untuk meningkatkan bulk formulasi, pengikat menyebabkan adhesi (perekatan) serbu obat dan bahan-bahan farmasetik, antiadheren (antirekat) dan pelumas untuk membantu mulusnya proses pentabletan, zat disintegrasi (zat penghancur) mendorong pecahnya tablet setelah pemberian, dan penyalutan memperbaiki kestabilan, mengontrol penghancuran, atau penyaluan memperbaiki kestabilan, mengontrol penghancuran, atau menambah penampilan. 
Dalam hubungan dengan masalah memformulasi suatu zat obat menjadi suatu bentuk sediaan bentuk yang tepat, ahli Farmasi peneliti memakai pengetahuan yang telah diperoleh melalui pengalaman dengan obat-obat serupa yang lain dan melalui penggunaan (penerapan) disiplin ilmu fisika, kimia, dan biologi yang. Tahap awal dari tiap formulasi baru meliputi pengkajian untuk mengumpulkan keterangan-keterangan dasar tentang karakteristik fisika dan kimia zat obat yang dibuat menjadi bentuk sediaan farmasi tersebut. 

Pengkaji preformulasi

1. Uraian Fisik
penting untuk mengerti uraian fisik dari suatu zat obat sebelum pengembangan bentuk sediaan. Kebanyakan (sebagian besar) zat obat yang digunakan sekarang adalah bahan padat. Kebanyakan obat tersebut merupakan senyawa kimia murni yang bernentuk amorf atau kristal. 
2. Pengujian Mikroskopis
Pengujian Mikroskopik dari zat murni (bahan obat) merupakan suatu tahap penting dalam kerja (penelitian) preformulasi. Ia juga memberikan indikasi (petunjuk) ukuran partikel dari zat murni seperti juga struktur kristal. Fotomikrografi dari lot-lot batch awal dan berikutnya dari zat murni dapat memberikan informasi penting jika masalah timbul dalam pemrosesan formulasi, diakibatkan oleh perubahan-perubahan dalam karakteristik partikel atau kristal dari obat tersebut. 
3. Ukuran Partikel
Sifat fisika dan kimia tertentu dari zat obat dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, termasuk laju disolusi obat, bioavaibilitas, keseragaman isi, rasa, texture, warna dan kestabilan. Tambhana pula, sifat-sifat seperti karakteristik aliran dan laju sedimentasi, di antara lainnya, juga merupakan faktor-faktor penting yang berhubungan dengan ukuran partikel. Adalha penting utnuk memantapkan sedini mungkin bagaimana ukuran partikel dari zat murni tersebut yang dapat mempengaruhi formulasi dan kemanjuran (efikasi) produk. Khususnya partikel terbukti secara bermakna mempengaruhi profil absorpsi oral dari obat-obat tertentu seperti griseopulfin, nitrofurantoin, spironolakton, dan prokain penisillin.
Keseragaman isi yang memuaskan dalam bentuk sediaan padat sangat tergantung kepada ukuran partikel dan distribusi bahan aktif pada seluruh formulasi yang sama.
4. Koefisien Partisi dan Konstanta Disosiasi
Untuk memproduksi respon biologis, molekul obat eprtama-tama harus menyebrangi suatu membrane biologis beraksi sebagai suatu pembatas lemak untuk kebanyakan oba-obat dan mengizinkan absorpsi zat-zat larut dalam lemak dengan difusi pasif sedangkan zat-zat yang tidak larut dalam lemak dapar mendifusi menyebrangi pembatasan hanya dengan kesulitan yang besar, jika tidak samasekali. 
5. Polimorfisme
Suatu faktor polimorfisme yang penting adalah bentuk kristal atau bentuk amorf dari zat obat tersebut. Bentuk-bentuk polimorfisme biasanya menunjukkan sifat fisika-kimia yang ebrbeda termasuk titik leleh dan kelarutan.
6. Kelarutan
Suatu sifat fisika-kimia yang penting dari sautu zat obat adalah kelarutan, terutama kelarutan system dalam air. Suatu obat harus mempunyai kelarutan dalam air agar manjur secara terapi. Jika kelarutan dari zat obat kurang dari yang diinginkan, pertimbangan harus diberikan untuk memperbaiki kelarutannya. Metode untuk membantu ini tergantung pada sifat kimia dari obat tersebut dan tipe produk obat di bawah perimbangan.
7. Disolusi
Dalam banyak hal laju disolusi atau waktu yang diperlukan bagi obat untuk melarutkan dalam cairan pada tempat absorpsi merupakan tahapa yang menetukan laju dalam proses absorpsi. Ini benar untuk obat-obat yang diberikan secara oral dalam bentuk padat seperti tablet, kapsul atau suspensi.
Laju disolusi obat dapat ditingkatkan dengan meningkatkan ukuran partikel obat. Selain tiu juga bisa ditingkatkan dengan meningkatkan kelarutannya dalam lapisa difusi. Cara-cara yang paling efektif dalam memperoleh laju disolusi yang lebih tinggi adalah menggunakan suatu garam yang larut dalam air dari zat induknya.
Laju disolusi dari senyawa kimia umumnya ditentukan dengan dua metode permukaan konstan yang memberikan laju disolusi intrinsik dari zat tersebut, dan disolusi partikel-partikel kecil dimana suatu suspensi dari zat tersebut ditambahkan ke sejumlah pelarut tertentu tanpa penontrolan luas permukaan yang tepat.
8. Permeabilitas Membran
9. Kestabilan
Salah satu aktivitas yang paling penting dalam kerja preformulasi adalah evaluasi kestabilan fisika dan kimia dari zat oabt murni. Pengkajian kestabilan yang berhubungan dalam fase preformulasi termasuk kestabilan obat itu sendiri dalam keadaan padat, kestabilan fase larutan, dan kestabilan dalam adanya zat penambah yang diharapkan.


B. Penampilan dan Kelezatan

Walau kebanyakan zat-zat obat yang digunakan sekarang tidak lezat dan tidak menarik keadaan alamiahnya, preparat-praparat Farmasi modern memberikan ke pasien suatu obat yang berwarna, berasa serta formulasinya menarik untuk dilihat, dicium dan dicicipi. 
Apapun dasar keyakinan tersebut, sautu obat yang tepat akan mempunyai efek yang paling menguntungkan jika ia diterima, dipercaya dan diyakini oleh pasien. Kombinasi pemberian rasa, pengharum, dan warna yang tepat dalam suatu produk farmasi mempunyai andil terhadap dapat diterimanya preparat tersebut oleh pasien.

Pemberian Rasa Sediaan Farmasi
Pemberian rasa sediaan Farmasi berlaku terutama untuk bentuk-bentuk sedian cair yang dimaksudkan untuk pemberian oral. Dengan penambahan zat pemberi rasa ke obat cair, rasa obat yang tidak disukai dapat disembunyikan dengan berhasil. Obat yang dimasukan dalam kapsul atau dibuat sebagai tablet salut dapat dengan udah ditelan dengan mencegah kontak langsung antara obat tersebut dan pengecap rasa. Tablet yang mengandung oabt khususnya tidak berasa dapat tetap tidak disalut atau diberi rasa. Untuk menghindari rasa obat yang tidak dikihendaki biasanya cukup dengan menelannya bersama air dengan cepat. Tetapi, tablet tipe kunyah seperti produk antasida, vitamin dan antibiotik tertentu, yang dimaksudkan untuk dikunyah dalam mulut biasanya diberi pemanis dan diberi perasa supaya diterima oleh pasien lebih baik.

Memberi Warna Sediaan Farmasi
Penggunaan zat pemberi warna dalam preparat Farmasi untuk tujuan estetika, sebagai pembantu sensori utnuk pemebri rasa yang digunakan, untuk tujuan kekhasan produk adalah penting. Perbedaan harus dibuat antara zat obat yang mempunyai warna yang melekat padanya dan zat-zat yang dipakai sebagai pemberi warna.


TABLET

Tablet adalah sediaan bentuk padat yang mengandung substansi obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya, dapat diklasifikasikan sebagai tablet atau tablet kompresi .(USP 26, Hal 2406)
Dalam farmakope edisi IV tablet didefinisikan sebagai sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa.
Sebagian besar tablet dibat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul dengan menggunakan cetakan baja. Tablet cetak dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam subang cetakan. Kepadatan tablet bergantung pada ikatan kristal yang terbentuk selama proses pengeringan selanjutnya dan tidak bergantung pada kekuatan tekanan yang diberikan.

Kriteria Tablet
Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan;
2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil;
3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik;
4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan;
5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan;
6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan;
7. Bebas dari kerusakan fisik;
8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan;
9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu;
10. Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku.


Keuntungan Sediaan Tablet
Sediaan tablet banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan, yaitu :
1. Tablet dapat bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih;
2. Tablet memberikan ketepatan yang tinggi dalam dosis;
3. Tablet dapat mengandung dosis zat aktif dengan volume yang kecil sehingga memudahkan proses pembuatan, pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan;
4. Bebas dari air, sehingga potensi adanya hidrolisis dapat dicegah/diperkecil.

Dibandingkan dengan bentuk sediaan lain, sediaan tablet mempunyai keuntungan, antara lain :
1. Volume sediaan cukup kecil dan wujudnya padat (merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak), memudahkan pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan;
2. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh (mengandung dosis zat aktif yang tepat/teliti) dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah;
3. Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume yang kecil;
4. Tablet merupakan sediaan yang kering sehingga zat aktif lebih stabil;
5. Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air;
6. Zat aktif yang rasanya tidak enak akan berkurang rasanya dalam tablet;
7. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah; tidak memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul;
8. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya tablet tidak segera terjadi;
9. Pelepasan zat aktif dapat diatur (tablet lepas tunda, lepas lambat, lepas terkendali);
10. Tablet dapat disalut untuk melindungi zat aktif, menutupi rasa dan bau yang tidak enak, dan untuk terapi lokal (salut enterik);
11. Dapat diproduksi besar-besaran, sederhana, cepat, sehingga biaya produksinya lebih rendah;
12. Pemakaian oleh penderita lebih mudah;
13. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia, mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.
(The Theory & Practice of Industrial Pharmacy, Lachman Hal 294 dan Proceeding Seminar Validasi, Hal 26)

Kerugian Sediaan Tablet
Di samping keuntungan di atas, sediaan tablet juga mempunya beberapa kerugian, antara lain :
1. Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan tidak sadar/pingsan);
2. Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :
• Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat, karena sifat amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis; 
• Zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob), lambat melarut, dosisnya cukup besar atau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna, atau kombinasi dari sifat tersebut, akan sulit untuk diformulasi (harus diformulasi sedemikian rupa);
• Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau bau yang tidak disenangi, atau zat aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer, dan kelembaban udara, memerlukan enkapsulasi sebelum dikempa. Dalam hal ini sediaan kapsul menjadi lebih baik daripada tablet.
(The Theory & Practice of Industrial Pharmacy, Lachman Hal 294)

Tetapi jika dibandingkan dengan keuntungannya, kerugian sediaan tablet jauh lebih sedikit sehingga sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak dijumpai di perdagangan.

Masalah-Masalah Dalam Pembuatan Tablet
Permasalahan yang mungkin timbul adalah berkenaan dengan bagaimana cara membuat sediaan yang baik dan sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Untuk membuat sediaan yang baik diperlukan data preformulasi yang meliputi stabilitas, organoleptik, sifat fisikokimia, dan data-data lain yang menunjang sehingga dapat diperkirakan bahan baku yang cocok untuk terbentuknya suatu sediaan yang baik dan tercapainya tujuan penggunaan.
Adapun masalah-masalah yang mungkin terjadi :
1. OTT zat aktif (meleleh, berubah warna, terurai, dan sebagainya).
2. Stabilitas zat aktif :
a. Untuk zat yang rusak oleh adanya air, dibuat dengan metode pembuatan tablet yang tidak menggunakan air dan perlu diperhatikan pelarut yang digunakan untuk granulasi.
b. Untuk zat yang mudah teroksidasi dengan pemanasan dan sinar UV, digunakan metode pembuatan tablet yang tidak memakai pemanasan dan sinar UV dalam prosesnya.
c. Untuk zat yang higroskopis, jangan menggunakan metode granulasi basah memakai mucilago amyli karena massa cetak yang terjadi sulit untuk dikeringkan. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan adsorben seperti Aerosol < 3%.
d. Untuk zat yang tidak tahan air dan pemanasan dapat digunakan metode pembuatan tablet dengan cara kempa langsung atau granulasi kering
• Untuk zat dengan jumlah kecil (jumlah fines <30%) dapat dibuat dengan KL
• Untuk zat dengan jumlah besar (jumlah fines >30%) dapat dibuat dengan GK.
3. Pemilihan bahan pembantu yang cocok
Untuk penentuan eksipien perlu diperhatikan OTT dengan zat aktif. Di samping itu, bahan pembantu yang digunakan harus mempunyai titik leleh yang cukup tinggi sehingga pada pencetakan tidak meleleh.
4. Jumlah fines total
Jumlah fines yang ditambahkan pada masa cetak maksimal 30%, idealnya 15%. Jika lebih besar akan menyusahkan pada pencetakan tablet.
5. Perbandingan bobot jenis zat aktif dengan pembawa (jika terlalu jauh hendaknya jumlah fine sesedikit mungkin).
6. Konsentrasi Mg stearat sebagai lubrikan maksimal 2%. Jika terlalu besar akan terjadi laminating.
7. Penggunaan mucilago amyli sebagai pengikat pada proses pembuatan tablet akan mempersulit disolusi zat aktif dari dalam granul karena mucilago amyli yang sudah kering sulit ditembus air. Untuk mengatasinya, perlu ditambah pembasah (Tween 80 0.05%-0.15%) sehingga tablet mempunyai waktu hancur lebih baik.
8. Pada penggunaan PVP sebagai pengikat, PVP sebaiknya dilarutkan dalam alkohol 95%. Tetapi pada tahap awal, volume alkohol yang digunakan tidak diketahui sehingga dapat diberikan sebagai serbuk.
9. Penggunaan amylum yang terlalu banyak (maksimal 30%) menyebabkan tablet tidak dapat dicetak karena kompresibilitasnya sangat jelek.
10. Amylum yang digunakan sebagai penghancur luar haruslah amylum kering karena dengan adanya air akan menurunkan kemampuannya sebagai penghancur. Pengeringan amylum dilakukan pada suhu 70 C karena pada suhu ini tidak terjadi gelatinasi dari amylum.
11. Pada pembuatan tablet dengan metode KL, sebagai pembawa dapat digunakan kombinasi Avicel dengan Primogel atau Avicel dan Starch 1500 dengan perbandingan 7:3 (penelitan Aliyah) atau 3:1. Karena Avicel memiliki kompresibilitas yang baik tapi alirannya kurang baik, maka untuk memperbaiki alirannya dapat digunakan Primogel atau Starch 1500.
12. Untuk mengatasi kekeringan granul akibat pengeringan yang tidak terkontrol maka perlu penambahan humektan yaitu gliserin atau propilen glikol 1 – 4% dihitung terhadap mucilago. 
Gliserin ditambahkan pada mucilago (pengikat) untuk mempermudah homogenitas gliserin pada tablet, sama halnya dengan penambahan Tween untuk zat aktif hidrofob pada mucilago. 
Penambahan gliserin dan Tween adalah untuk tujuan:
 Gliserin : dikhawatirkan pada waktu pengeringan air hilang/menguap semua
 Tween : dikhawatirkan komposisi yang digunakan menolak air, sehingga perlu penambahan Tween agar tablet tidak pecah.
Jumlah Tween yang tepat tergantung pada:
• Jumlah zat aktif
• Jumlah bahan pembantu yang digunakan
13. Jumlah aerosil yang ditambahkan tidak boleh lebih dari 3% karena aerosil bersifat voluminous dan menyerap air sehingga tablet dapat membatu yang menyebabkan waktu hancur lebih lama.
14. Bila bobot tablet terlalu tinggi dan bervariasi
Kemungkinan disebabkan oleh:
• Distribusi pada hoover yang disebabkan proses getaran. Sehingga yang kecil terdesak, granul yang besar akan keluar lebih dahulu, karena ada proses pemampatan. Oleh karena itu perlu diusahakan ukuran granul yang seragam. 
• Aliran granul yang kurang baik
• Distribusi partikel tidak normal, karena bobot jenis berbeda jauh, sehingga aliran jelek.
• Lubrikan kurang sehingga alirannya jelek.
15. Jika zat aktif larut air:
• Jangan menggranulasi dengan air
• Sebagai pengikat, gunakan pelarut yang tidak melarutkan massa tablet.
Ketentuan : misalkan digunakan pelarut X, boleh saja ada zat yang larut dalam pelarut X yang digunakan sebagai pelarut pengikat, tetapi maksimal 30%.

Permasalahan-Permasalahan Khusus
1. Campuran Eutektik
Timbang kedua zat aktif secara proporsional, masukan dalam mortir dan digerus. Bila meleleh berarti eutektik.
Cara lain adalah setelah dicampur kedua zat aktif tambahakan musilago pakai air, bila tidak kering berarti eutektik, atau musilago diganti dengan PVP alkohol.
2. Pembuatan tablet Etambutol
Harus disalut dengan pahan penyalut yang larut alkohol larut asam lemak tetapi tidak larut air, lebih baik disalut dengan Cetosel. Etambutol jika digranulasi dengan PVP/alkohol akan semakin melengket. Jadi cetak langsung atau granulasi kering/slugging. Dengan slugging, kekompakan akan turun, friabilitas menjadi tinggi. Teknik penambahan PVP : tambahkan dulu PVP kedalam massa cetak sampai homogen lalu ditambahkan alkohol sehingga jumlahnya tepat.
3. Vitamin C
Jangan gunakan Avicel, ini mempercepat oksidasi vitamin C. Bisa digunakan PVP tapi jelek. Pakai musilago dalam ruang hampa udara/bisa juga dipakai Cetosel dalam alkohol/eksplotab/starch. Jangan digunakan dengan granulasi basah karena waktu hancurnya akan jelek.
Yang baik gunakan Avicel adalah selama tidak OTT dengan zat aktif. Avicel dapat digunakan untuk cetak langsung, atau juga granulasi basah tetapi sebagai pengisi. Jika Avicel tidak larut air dapat bertindak sebagai fasa luar dan fasa dalam. Jika Avicel sebagai fasa luar, amilum kering dihilangkan sehingga komposisi FL :
R/ Avicel 6%
Talk 1% (dikurangi)
Mg Stearat 1%
Demikian juga jika digunakan Aerosil sebagai fasa luar, talk dikurangi karena telah berfungsi juga sebagai glidan.
4. Starch
Starch yang baik jumlahnya 30%, jika zat jumlahnya tinggi bila ditambah Starch 1500 30% maka bobot tablet akan semakin besar sedangkan yang harus ditambahkan adalah lubrikan, pelincir, maka starch ditambahkan kurang dari 30% yang membuat aliran menjadi jelek. Untuk mengatasi hal ini, gunakan Avicel yang dapat bertindak sebagai pengisi juga penghancur.
Kombinasi Starch 1500 dan Eksplotab baik untuk pembuatan tablet secara cetak langsung sebagai penghancur, jangan digunakan sebagai pengisi.
5. Pembuatan Granulasi Kering
ARC 591 jangan memakai alkohol yang mengandung air (pakai alkohol yang tidak berair). Jika mengandung air sulit direkonstitusi.
6. Penggunaan Pharmacot, Etocel, PVP
Hanya untuk zat aktif yang tidak boleh kena air (karena akan terurai). Kombinasi Starch 1500/Avicel hanya untuk cetak langsung, jumlah Avicel dikurangi dan Starch-nya 30%. Starch 1500 tidak boleh untuk granulasi basah sebagai pengisi karena Starch dengan air akan membentuk gel yang dapat berfungsi sebagai pengikat yang sangat kuat. Tetapi sebagai penghancur untuk SL dapat digunakan dengan teknik granulasi basah. 
7. Penanganan Ekstrak untuk Tablet
Ekstrak kental larutkan dulu dalam etanol 70% kemudian dikeringkan dengan SL. Untuk ekstrak Belladona 1:3. 

Masalah Pada Beberapa Senyawa Aktif
• Papaverin HCl, jika digunakan air dapat larut maka gunakan pelarut yang tidak melarutkan zat tersebut.
• Zat hidrofob seperti Fenilbutazon, Vioform, Parasetamol, Ester Kloramfenikol dapat dilakukan penambahan Tween 80 0,01% bobot tablet atau saponin 5% bobot tablet (ditambahkan mucilago amyli sebanyak 0,03%)
• Diazepam, jika dibuat granul akan kasar, oleh karena itu dapat dihaluskan terlebih dahulu.
• Untuk vitamin C dan Parasetamol, gunakan pelarut non air, keringkan dengan dehumidifier.
• Fe mempunyai bobot jenis yang tinggi, maka gunakan pengikat PVP dalam alkohol karena jika digunakan air akan terjadi oksidasi Fe2+ menjadi Fe3+.
• Untuk vitamin B12, gerus 1 g + etanol + SL (99 g), keringkan jika minta dispensasi bahwa tidak ada yang hilang selama proses berarti 100 g sebanding dengan 1 g vitamin B12.
Selain itu, vitamin B12 terikat sangat kuat dengan mucilago amyli sehingga waktu hancurnya lama. Avicel dengan mucilago amyli membentuk adonan lengket yang sukar digranulasi. Kadarnya sangat kecil, perlu diajukan uji keseragaman kandungan.
• Penisilin VK terbaik dibuat dengan cara slugging
• Mg(OH)3 + alukol terbaik digunakan cetak langsung, dapat granulasi basah menggunakan PVP dalam alkohol, jika menggunakan mucilago amyli, kapasitas penetralan dapat turun.
• Alukol berat jenis tinggi untuk tablet (aliran baik), berat jenis rendah dapat digunakan untuk suspensi, tablet kunyah, voluminous.
• Etambutol, tablet cepat basah. Granulasi dengan alkohol atau disalut atau ditambahkan etambutol sebagai fines.
• Alukol + ekstrak Belladona, gunakan SL sebagai pengisi. Karena ekstraknya pahit, jarang untuk obat kunyah. Bila dibuat obat kunyah maka tambahkan asam siklamat dan sakarin untuk mengatasi rasa pahit. Alukol dengan antasid lain, OTT terhadap CMC. Perlu dilakukan uji penetralan terhadap bahan baku dan tablet (minta dispensasi).
• Untuk garam-garam Kalsium, Ca Pantotenat dan lainnya tidak dapat memakai mucilago amyli sebagai pengikat sebab akan terbentuk massa seperti lem.
• Mg-stearat dan Eksplotab, bila zat aktif bersifat asam, jangan menggunakan Mg stearat dan Eksplotab, ganti saja Mg-stearat dengan asam stearat.
• Antibiotika, terutama yang tidak tahan pemanasan, dilakukan dengan slugging atau dehumidifier (dengan alkohol + air) disedot pada suhu 30 C tetapi hasilnya kurang baik, sebab potensi akan menurun karena kontak dengan air.
• Ekstrak untuk tablet, ekstrak kental dilarutkan dulu dalam etanol 70%, baru dikeringkan dengan SL. Ekstrak Belladona 1:3 artinya dalam 3 bagian ada 1 bagian. Contohnya jika diinginkan 20 mL ekstrak Belladona maka yang diambil adalah 60 mL, digerus halus dan dicampurkan dengan pengisi sedikit demi sedikit.
• Untuk zat-zat berkhasiat yang sangat pahit seperti Kloramfenikol harus disalut (dispensasi). Kloramfenikol palmitat tidak bisa dibuat tablet karena masih ada sisa asam palmitat yang menyebabkan tablet mudah pecah karena sukar diikat.
• INH dan PAS tidak dapat dibuat kombinasi dalam tablet karena PAS diabsorbsi di usus tidak boleh terdisolusi di lambung (?).

Catatan Lain 
1. Fines
Maksimum 30% dari bobot tablet termasuk Fase Luar (FL) jika lebih dapat terjadi capping. Jumlah yang berbeda, distribusi berbeda dapat diatasi dengan hoover yang tidak bergetar dan atau adanya pengaduk. 
2. Eksplotab
Tidak tahan asam, hanya untuk penghancur luar, tidak bisa untuk granulasi basah, digunakan 3-5%, maksimum 25%.
3. Starch 1500
Pengisi tablet untuk cetak langsung. Jika ada air akan menjadi gel sehingga zat aktif terhambat, daya mengembang kurang sehingga waktu hancur menjadi jelek. Pengisi tablet tidak lebih dari 30%. 
4. Avicel pH 101,102,103 baik untuk tablet cetak langsung
5. Jika jumlah zat aktif kecil dan berbentuk hablur, resiko ketidakseragaman kandungan zat aktif besar jika dibuat secara cetak langsung, karena kurang homogen.
6. Untuk cetak langsung gunakan zat aktif yang halus dengan aliran baik.
7. Jika basis kasar dan zat aktif halus, maka distribusi menjadi tidak merata karena terjadi distribusi ukuran partikel yang tidak merata, terutama saat pencetakan, akibat getaran.
8. Vitamin B12 untuk cetak langsung harus dihaluskan terlebih dahulu. Gunakan pengisi manitol, bukan dengan SL.
9. Untuk antibiotika, pilih pengikat yang tidak mengubah potensi. 
10. Mekanisme umum hancurnya tablet adalah pembasahan, penetrasi air, pengembangan, dan hancur. Untuk cetak langsung, jika kecepatan aliran masa cetak 1,5 g/dt atau lebih sudah cukup baik.
11. Jika zat aktif 200 mg per tablet, siap-siap untuk dibuat secara cetak langsung.
12. Dalam evaluasi waktu hancur tablet, tinjau mekanisme waktu hancur, surfaktan, desintegrator lebih baik yang hidrofob.
13. PVP mudah ditembus air.
14. Ac di sol 3% sebagai penghancur luar untuk memperbaiki waktu hancur.
Granulasi dibuat terpisah dengan pertimbangan jumlah granul sama banyak, distribusi granul sama di mana perbandingan granul A dan B sama, kelemahan distribusi tidak selalu sama.
15. Ukuran (mesh) 18-20; 20-22; yang biasa 16-16
Jika granul pengikatnya lemah, gunakan pengayak dengan ukuran mesh sama.
16. Zat aktif dengan bobot jenis tinggi (umumnya BJ zat anorganik), granulasi seperti biasa, FL sekecil mungkin.
17. CaCO3 dapat digunakan sebagai penghancur di dalam lambung yang akan menyerap asam lambung dan berubah menjadi CO2.

Permasalahan Dalam Pencetakan Tablet
Masalah-masalah yang dapat muncul selama proses pencetakan tablet secara umum, seperti :
• Capping : pemisahan sebagian atau keseluruhan bagian atas/bawah tablet dari badan tablet
• Laminasi : pemisahan tablet menjadi dua bagian atau lebih
• Chipping : keadaan dimana bagian bawah tablet terpotong
• Cracking : keadaan dimana tablet pecah, lebih sering di bagian atas-tengah
• Picking : perpidahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada permukaan punch
• Sticking : keadaan dimana granul menempel pada dinding die (ada adhesi)
• Mottling : keadaan dimana distribusi zat warna pada permukaan tablet tidak merata

Masalah Lain Pada Pencetakan Tablet Secara Khusus 
1. Lengket pada Cetakan
Manifestasinya :
• Melekat pada die dan sulit untuk dikeluarkan
• Bunyi keras pada mesin
• Tablet kopak, jelek, sisi tablet kasar, kadang-kadang hitam
Penyebab :
 Antiadheren kurang
 Lubrikan kurang atau tidak tepat
Contoh : Tablet asetosal dengan Mg stearat lengket, seharusnya digunakan asam stearat (yang mikronize karena fungsi lubrikan adalah antar partikel sehingga kalau halus akan terselimuti oleh lubrikan).
 Kandungan air (aspek kadar air) tinggi akan menyebabkan penempelan pada die, sedangkan kadar air rendah dapat menyebabkan laminating atau capping.
 Kemungkinan karena interaksi kimia atau fisika, contoh interaksi fisika etoksi benzamin dengan kafein, gliseril guaiakolat dengan prometazin HCl, yaitu terjadinya pelelehan sehingga adhesivitas tinggi dan akhirnya menjadi lengket.
 Bahan baku dengan titik leleh sangat rendah, sehingga kesulitan dalam masalah pencetakan, contoh : Ibuprofen, Gliseril guaiakolat, Siprofloksasin (Antibiotik turunan Imidazol).
Penyelesaian Masalah :
• Meningkatkan antiadheren dan lubrikan
• Penggantian lubrikan yang cocok
• Mengurangi jumlah granul yang kasar
• Mengurangi jumlah air tapi jangan sampai berada di bawah optimum, karena tablet menjadi kurang baik. Jika sudah diketahui jumlah pembasah yang paling baik maka agar pembasahnya pas, dilakukan dengan menambahkan pembasah ke dalam larutan pengikat, yaitu bahan pembantu yang tidak menguap tapi basah, contoh Propilen glikol atau gliserin.
• Jika terjadi lengket mungkin karena punch dan die yang rusak, sebab kalau cacat pada punch, maka akan melekat sehingga ratakan punch dan die.
• Kalau mungkin pencetakan pada suhu rendah dan humuditas rendah karena khusus untuk bahan aktif dengan titik leleh rendah atau terjadi campuran eutektik maka zat campuran eutektik semakin mudah menyerap air. Contoh : Kombinasi ampisilin dengan asam klavulanat, dimana asam klavulanat mudah hancur dengan kelembaban dan temperatur yang tinggi. Oleh karena itu, pembuatannya dilakukan dalam suhu dan RH yang rendah.
• Perubahan bahan pengisi, bahan pengisi dengan titik leleh tinggi dan dapat mengadsorbsi, seperti SiO2 dan aerosil (adsorben). Penambahan aercsil pada tablet akan menyebabkan penampilan tablet yang bagus, jernih dan mengkilat, namun waktu hancur semakin panjang.

2. Lengket pada pons
Manifestasi :
• Terkelupasnya bagian tablet karena permukaan tablet melekat pada pons. Penyebab sama dengan tadi
• Kurangnya anti adheren
• Kandungan air tinggi
• Lengket pada pons
Penanggulangannya sama :
 Ubah ukuran granul
 Tambah adsorben
 Perbaiki alat
• Alat dipoles, sehingga adhesivitas tablet dan pons sangat kecil.

3. Capping/Laminating
Capping : copot
Laminating : belah
Penyebab :
 Terjebaknya udara pada tablet karena granul sangat halus
• Porositas tinggi, khususnya pada penggunaan pons yang baru, yaitu dengan adanya udara yang terjebak antara pons dan die
 Kekerasan yang terlalu rendah atau terlalu tinggi (ada yang optimal)
 Granul yang terlalu kering, cara : tambahkan dalam pelarut pengikat tambahkan bahan cair dan tidak mudah menguap
 Zat pengikat yang kurang tepat.
 Pengikat yang jumlahnya terlalu sedikit (tepat tetapi jumlahnya kecil)
Penanggulangannya
• Pembuatan granul diulang jika penyebabnya adalah kelebihan atau kekurangan pengikat atau tidak cocok.
• Tambahkan pengikat kering seperti gom arab, sorbitol, PVP, sakarin, NHPC, LHPC 21, Metilselulosa dengan konsistensi tinggi, sehingga meningkatkan kekompakan tablet.
• Pengurangan ukuran partikel dari granul, karena spesifikasi ukuran harus sama.
4. Sumbing atau retak-retak pada permukaan tablet
Manifestasinya :
Akibat dari ketiga masalah sebelumnya : laminating, lengket atau kadang-kadang karena pons yang terlalu dalam.
Penyelesaian :
• Pons dan die supaya di poles
• Untuk ukuran granul yang besar, kurangi partikel granul.
• Diganti pons dan die
• Tambahkan pengikat kering

5. Keseragaman bobot (FI III)
Penyebab pertama : 
 Aliran kurang baik
 Distribusi ukuran granul yang tidak tepat, sebab dengan demikian mungkin saja timbul porositas tinggi, yang tidak dapat menjamin keseragaman bobot karena adanya distribusi baru pada saat pencetakan.
 Sistem pencampuran yang tidak benar, sehingga mesin harus terkunci baik terutama pons bawah karena dapat berubah-ubah sehingga bobot berbeda-beda.
Penyelesaian masalah :
 Perbaiki atau ulangi proses pembuatan granul, perbaikan ukuran granul, pengikat, granulasi, perbaikan pencampuran massa cetak.
 Perbaikan mesin tablet yaitu validasi mesin tablet.
 Kecepatan aliran dapat menyebabkan bobot tablet yang berbeda-beda. Penyebab kecepatan aliran : kandungan air tinggi sehingga adesivitas tinggi dan aliran menjadi kurang ; porositas tinggi, udara terjebak banyak karena fines dan pengikat yang tidak cocok atau kurang. Jumlah fines meningkat, porositas meningkat, aliran tidak baik.
Penyebab kedua : distribusi granul tidak baik.
Penyelesaian Masalah :
 Kurangi kadar air
 Pembuatan granul baru sehingga menyebabkan porositas kecil, distribusi granul optimal sehingga aliran bagus.
6 Keseragaman Kandungan (FI IV hlm.999)
Dilakukan bila :
 Kadar bahan aktif dibawah 50 mg
 Bila perbandingan kadar bahan aktif dengan bobot tablet lebih kecil dari pada 50%
Penyebab jeleknya keseragaman kandungan :
 Karena aliran jelek
 Pencampuran pregranulasi tidak benar maka tentukan dulu homogenitas zat aktif dalam granul (di pabrik)
 Karena kadar fines tinggi maka porositas tinggi (bobot berbeda-beda)
 Kandungan air yang tinggi sehingga aliran kurang baik
 Kondisi mesin tidak benar.
Penyelesaian masalah
 Perbaikan ukuran granul meliputi pencampuran, perubahan pengikat, granulasi.
 Kalibrasi mesin.


Jenis Sediaan Tablet 
(Catatan Kuliah P’ Charles + Teori dan Praktek Farmasi Industri, Lachman Hal 706-717)

Berdasarkan prinsip pembuatan, tablet terdiri atas :
a. Tablet Kempa
Dibuat dengan cara pengempaan dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk/granul menggunakan pons/cetakan baja.
b. Tablet Cetak
Dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah pada lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada pembentukan kristal yang terbentuk selama pengeringan, tidak tergantung pada kekuatan yang diberikan

Berdasarkan tujuan penggunaan, tablet terdiri atas :

1. Tablet Kempa Tujuan Saluran Pencernaan

a. Tablet Konvensional Biasa
Tablet yang dibuat atau dikempa dengan siklus kompresi tunggal yang biasanya terdiri dari zat aktif sendiri atau kombinasi dengan bahan eksipien seperti:
• Pengisi (memberi bentuk) : laktosa
• Pengikat (memberi adhesivitas/kelekatan saat bertemu saluran pencernaan): musilago amili, amilum
• Desintegrator (mempermudah hancurnya tablet)
b. Tablet Kempa Multi/Kempa Ganda
Adalah tablet konvensional yang dikompresi lebih dari satu siklus kompresi tunggal sehingga tablet akhir tersebut terdiri atas 2 atau lebih lapisan. Disebut juga sebagai tablet berlapis.
Keuntungannya dapat memisahkan zat aktif yang inkompatibel (tidak tersatukan)
c. Tablet Lepas Lambat
Tablet yang pelepasan zat aktifnya dimodifikasi sehingga tablet tersebut melepaskan dosis awal yang cukup untuk efek terapi yang kemudian disusul dengan dosis pemeliharaan sehingga jumlah zat aktif atau konsentrasi zat aktif dalam darah cukup untuk beberapa waktu tertentu. (misal tablet lepas lambat 6 jam, 12 jam, dsb).
d. Tablet Lepas Tunda (Tablet Salut Enterik)
Adalah tablet yang dikempa yang disalut dengan suatu zat yang tahan terhadap cairan lambung, reaksi asam, tetapi terlarut dalam usus halus.
e. Tablet Lepas Terkendali
Yang pelepasan zat aktifnya terkendali pada waktu-waktu tertentu. 
f. Tablet Salut Gula
Adalah tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapis lapisan gula baik berwarna maupun tidak. 
Tujuan: melindungi zat aktif terhadap lingkungan udara (O2, lembab), menutup rasa dan bau tidak enak, menaikkan penampilan tablet.
g. Tablet Salut Film
Tablet kempa yang disalut dengan salut tipis, bewarna atau tidak dari bahan polimer yang larut dalam air yang hancur cepat di dalam saluran cerna. Penyalutan tidak perlu berkali-kali.
h. Tablet Efervesen
Tablet kempa yang jika berkontak dengan air menjadi berbuih karena mengeluarkan CO2..Tablet ini harus dilarutkan dalam air baru diminum.
i. Tablet Kunyah
Tablet kempa yang mengandung zat aktif dan eksipien yang harus dikunyah sebelum ditelan. 

3. Tablet Kempa Digunakan dalam Rongga Mulut

a. Tablet Bukal
Tablet kempa biasa berbentuks oval yang ditempatkan di antara gusi dan pipi. Biasanya keras dan berisi hormon. Bekerja sistemik, tererosi atau terdisolusi di tempat tersebut dalam waktu yang lama (secara perlahan).
b. Tablet Sublingual
Tablet kempa berbentuk pipih yang diletakkan di bawah lidah, berisi nitrogliserin. Biasanya untuk obat penyempitan pembuluh darah ke jantung (angina pectoris) sehingga harus cepat terlarut agar dapat segera memberi efek terapi. Diabsorbsi oleh selaput lendir di bawah lidah.
c. Tablet Hisap/Lozenges
Tablet yang mengandung zat aktif dan zat-zat penawar rasa dan bau, dimaksudkan untuk disolusi lambat dalam mulut untuk tujuan lokal pada selaput lendir mulut.
d. Dental Cones (Kerucut Gigi)
Yaitu suatu bentuk tablet yang cukup kecil, dirancang untuk ditempatkan di dalam akar gigi yang kosong setelah pencabutan gigi. Tujuannya biasanya untuk mencegah berkembangbiaknya bakteri di tempat yang kosong tadi dengan menggunakan suatu senyawa antibakteri yang dilepaskan secara perlahan-lahan, atau untuk mengurangi perdarahan dengan melepaskan suatu astringen atau koagulan. Pembawa yang umum digunakan adalah Na bikarbonat, NaCl atau suatu asam amino.

3. Tablet Kempa Digunakan Melalui Liang Tubuh
a. Tablet Rektal 
Tablet kempa yang mengandung zat aktif yang digunakan secara rektal (dubur) yang tujuannya untuk kerja lokal atau sistemik.
b. Tablet Vaginal 
Tabler kempa yang berbentuk telur (ovula) untuk dimasukkan dalam vagina yang di dalamnya terjadi disolusi dan melepaskan zat aktifnya. Biasanya mengandung antiseptik, astringen. Digunakan untuk infeksi lokal dalam vagina dan mungkin juga untuk pemberian steroid dalam pengobatan sistemik.

4. Tablet Kempa untuk Implantasi

Tablet Implantasi/Pelet 
Dibuat berdasarkan teknik aseptik, mesin tablet harus steril. Dimaksudkan untuk implantasi subkutan (Untuk KB, 3-6 bulan, mencegah kehamilan).

5. Tablet Cetak untuk Penggunaan Lain (Di Lachman disebutkan Jenis Tablet untuk Membuat Larutan)

a. Tablet Triturat untuk Dispensing
Adalah tablet yang dihaluskan dulu atau disiapkan untuk penggunaan tertentu.
Tablet kempa atau cetak berbentuk kecil umumnya silindris digunakan untuk memberikan jumlah zat aktif terukur yang tepat untuk peracikan obat (FI IV).
Digunakan sebagai tablet sublingual atau dilepaskan di atas lidah dan ditelan dengan air minum.

b. Tablet Hipodermik
Tablet cetak/kempa yang dibuat dari bahan mudah larut/melarut sempurna dalam air. Umumnya digunakan untuk membuat sediaan injeksi steril dalam ampul dengan menambahkan pelarut steril (FI IV).

c. Tablet Dispensing
Tablet yang digunakan oleh apoteker dalam meracik bentuk sediaan padat/cair. Dimaksudkan untuk ditambahkan ke dalam air dengan volume tertentu, oleh ahli farmasi atau konsumen, untuk mendapatkan suatu larutan obat dengan konsentrasi tertentu.


Berdasarkan Rute Pemberian :

1. Tablet oral (dalam mulut)
2. Tablet rektal
3. Tablet vaginal
4. Tablet implantasi


Berdasarkan Penyalutan :

1. Tablet polos
2. Tablet salut gula
3. Tablet salut film


Berdasarkan Pelepasan Zat Aktif :

1. Tablet pelepasan biasa
2. Tablet lepas lambat
3. Tablet lepas tunda 
4. Tablet lepas terkendali


TABLET KOMPRESI

Sifat dan Kualitas
Ciri-ciri fisik tablet kompresi (tekan) cukup dikenal sampai kalangan awam. Ada tablet yang bundar, lonjong, dan ada juga yang segitiga. Ada tablet yang tebal dan lainnya tipis. Ada tablet yang diameternya lebih besar dari yang lainnya. Ada berbagai jenis bentuk, warna, dan besarnya tablet yang berbedar di masyarakat.
Bentuk dan garis tengah ditentukan oleh punch dan die yang digunakan untuk mengkompresi (menekan tablet). bila punch-nya kurang cembung maka tablet yang dihasilkan lebih datar, sebaliknya semakin cekung punch ini semakin cembung tablet yang dihasilkan. Punch yang mempunyai simbol atau monogram yang menonjol keluar, monogram dapat diempatkan pada salah satu atau kedua sisi dari tablet tergantung pada dipakainya punch yang ada monogramnya berada di bawah dan / atau atas.
Ketebalan tablet dipengaruhi oleh jumlah obat yang dapat diisikan kedalam cetakan dan sejumlah tekanan waktu dilakukan kompresi.

Berat Tablet
Jumlah bahan yang diisikan ke dalam cetakan yang akan ditekan menetukan menetukan berat tablet yang dihasilkan. Volume bahan yang diisikan (granul atau serbuk) yang mungkin masuk ke dalam cetakan harus disesuaikan dengan beberapa tablet yang telah lebih dahulu dicetak supaya tercapai berat tablet yang diharapkan.
USP mempunyai variasi berat standar, dimana tablet resmi harus disesuaikan. Pengawasan mutu diperlukan selama produksi dan secara periodik dilakukan pemeriksaan berat tablet, karena akan melibatkan biaya yang sangat besar apabila pada akhir podusksi ternyata menghasilkan tablet yang tidak memenuhi persyaratan.
Sebenarnya ukuran tablet yang diproduksi tidak hanya tegantung pada voume dan berat bahan yang diisikan tapi juga tergantung pada garis tengah cetakan dan tekanan pada bahan yang diisikan waktu ditekan.

Ketebalan Tablet
Ketebalan tablet yang diinginkan dalam tablet harus diperhitungkan terhadap volume dari bahan yang diisikan ke dalam cetakan, garis tengah cetakan dan besarnya tekanan yang dipakai punch untuk menekan bahan isian. Untuk mendapatkan tablet yang seragam tebalnya selama produksi dan diantara produksi untuk formula yang sama, harus dilakukan pengawasan supaya volume bahan yang diisikan dan tekanan yang diberikan tetap sama. 
Tablet diukur dengan memakai jangka lengkung selama proses produksi, supaya yakin ketebalan sudah selesai. Harus ditekankan disini bahwa karena tekanan yang diberikan mempengaruhi bukan hanya ketebalan, tapi juga kekerasan tablet dan faktor kedua ini mungkin lebih penting daripada yang lainnya, maka berbeda-bedanya keetbalan tablet lebih dipengaruhi oleh ukuran cetakan dan bahan yang dapat dimasukan daripada oleh tekanan yang diberikan. Penyesuaian tekanan terutama diberikan untuk menjaga kelembekan atau kekerasan dari tablet.

Kekerasan Tablet
Umumnya semakin besar tekanan semakin keras tablet yang dihasilkan, walaupun sifat dari granul juga menentukan kekerasan tablet. tablet-tablet tertentu seperti tablet lozenges untuk diisap dan tablet bukal untuk disisipkan di pipi yang dimaksud untuk larut perlahan-lahan, dengan sengaja dibuat keras, tablet lain seperti tablet triturat yang ditekan yang direncanakan larut dengan cepat memang disengaja dibuat tidak keras.
Pada umumnya tablet harus cukup keras untuk tahan pecah waktu dikemas, dikirim dengan kapal dan waktu ditangani secara normal, tapi juga tablet ini akan cukup lunak untuk melarut aka menghancur dengan sempurna begitu digunakan orang atau dapat dipatahkan diantara jari-jari bila tablet ini perlu dibagi untuk pemakaiannya.

Daya Hancur Tablet
Supaya komponen obat sepenuhnya tersedia untuk diabsorpsi dalam saluran cerna, maka tabelt harus hancur dan melepaskan obatnya ke dalam cairan tubuh untuk dilarutkan. Daya hancur tablet juga penting untuk tablet yang mengandung bahan obat (seperti antasida dan antidiare) yang dimaksudkan untuk diabsorbsi tetapi lebih bnayak bekerja setempat dalam saluran cerna.Dalam hal ini daya hancur tablet memungkinkan partikel obat menjadi lebih luas untuk bekerja secara lokal dalam tubuh. 
Semua tablet dalam USP harus melalui pengujian daya hancur secara resmi yang dilaksanakan in vitro dengan alat uji khusus. 




GARNULASI

Granula adalah gumpalan-gumpalan dari partikel-partikel yang lebih kecil. Umumnya berbentuk tidak merata dan menjadi seperti partikel tunggal yang lebih besar. Ukuran biasanya berkisar antara ayakan 4-12, walaupun demikian granula dari macam-macam ukuran lubang ayakan mungkin dapat dibuat tergantung pada tujuan pemakaiannya. 
Umumnya granula dibuat dengan cara melembabkan serbuk yang diinghinkan atau campuran serbuk yang digiling, dan melewatkan adonan yang sudah lembab pada celah ayakan dengan ukuran lubang ayakan yang sesuai dengan ukuran granula yang ingin dihasilkan. Sehingga partikel yang lebih besar berbentuk dan mengering oleh pengaruh udara atau di bawah udara panas (sesuai dengan sifat obat yang memungkinkannya) sambil bergerak di atas nampan pengering untuk menghindari perekatan granula. Granula dapat diolah tanpa memakai pelembaban, caranya dengan menyalurkan adonan bahan serbuk yang ditekan melalui mesin pembuat granula.
Granula mengalir baik dibading dengan serbuk, untuk tujuan perbandingan, perhatikan sifat aliran gula waktu dituangkan antara yang berbentukgumpalan atau serbuk. Karena kekhususan ini pembuatan granula biasanya dilakukan diwaktu capuran serbuk akan dikempa menjadi tablet. Aliran seperti ini memungkinkan bahan tadi bergerak bebas dari hopper atau wadah adonan ke dalam cetakan tablet. 


1. Garnulasi Basah
Langkah langkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode ini dapat dibegi sebagai berikut:
a. Menimbang dan mencampur bahan-bahan
Bahan aktif, pengisi, dan bahan penghancur yang diperlukan dalam formula tablet ditimbang sesuai dengan jumlah yang diperlukan dalam formula tablet ditimbang sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan untuk membuat sejumlah tablet yang akan diproduksi dan dicampur, diaduk baik, biasanya dengan menggunakan mesin pencampur serbuk atau mikser. 
b. Pembuatan granulasi basah
Supaya capuran serbuk mengalir bebas dan merata dari hopper (wadah berbentuk sepserti corong, yang menampung obat dan mengatur arusnya menuju mesin pembuat tablet) ke dalam cetakan, mengisinya dengan tepat dan merata, biasanya perlu mengubah campuran serbuk menjadi granula yang bebas mengalir ke dalam cetakan tersebut disebut granulasi. Hal ini dapat dilakukan secara baik dengan menambahkan cairan pengikat atau perekat ke dalam campuran serbuk, melewatkan adonan yang lembab melalui ayyakan yang ukurannya seperti yang diinginkan, granul yang dihasilkan melalui pengayakan ini dikeringkan, lalu diayak lagi dengan ayakan yang ukurannya lebih kecil supaya mngurangi ukuran granul berikutnya. Unsure pengikat dalam tablet juga membantu merekatkan granul satu dengan yang lainnya, menjaga kesatuan tablet setelah dikompresi.
c. Pengayakan adonan lembab menjadi pelet atau granul
Pada umumnya ranulasi basah ditekan melalui ayakan no. 6 atau 8. Hal ini yaitu fluidization disalurkan kedalam fluid bed driers dibaut granul dengan menekan pada alat yang dibuat berlubang-lubang. Setelah semua bahan berubah menjadi granul, kemudian ditebarkan diatas selembar kertas yang lebar dalam nampan yang dangkal da dikeringkan.
d. Pengeringan
e. Pengayakan kering
Setelah dikeringkan, granul dilewatkan melalui ayakan dengan lubang lebih kecil daripada yang biasa dipakai untuk pengayakan granulasi asli. Seberapa jauh ukuran granul dihaluskan, tergantung pada ukuran punch yang akan dipakai dan tablet yang akan diproduksi. Seleksi yang tepa tergantung pada pengalaman, tapi pada umumnya semakin kecil tablet yang akan diproduksi semakin halus granul yang dipakai.
f. Pencampuran bahan pelicin
Setelah pengayakan kering, biasanya bahan pelincirkering ditambahkan ke dalam granul. Sehingga setiap graul dilapisi oleh bahan pelincir, dapat juga dilapisi debu ketika granul menyebar melaui lubang kecil ayakan atau pencapuran dalam pengadukan serbuk.
Manfaat pelincir dalam pembuatan tablet kompresi ada beberapa hal; mempercepat aliran granul dalam corong ke dalam rongga cetakan, mencegah melekatnya granul pada punch dan cetakan, selama pengeluaran tablet mengurangi pergesekan antara tablet dan dinding cetakan ketika tablet dilemparkan adri emsin dan memberi rupa yang bagus pada tablet yang sudah jadi. 
g. Pembuatan tablet dengan kompresi
Ada beberapa macam mesin pembuat tablet yang dikempa, masing-masing berbeda kapasitas produksinya, tapi dasar kerjanya sama. Cara kerjanya memasukkan granul ke dalam ruang cetakan dan dikempa oleh kedua gerakan punch atas dan bawah.
Ada juga mesin tablet dengan punch tunggal, baik yang digerakan dengan tangan ataupun dengan mesin, yaitu menghasilkan sebuah tablet begitu kedua punch-nya dicakupkan, begitu punch bagian bawah diturunkan ke bawah, granul yang ada pada corong (hopper) tepat berada di atas rongga cetakan dan mengisi penuh dan rata cetakan tadi, baru kediua punch dicakupkan. Cetakan ditarik, menggeser kelebihan granul dari tempatnya dan permukaan granul pada cetakan diratakan. Punch bagian atas turun dan mengempa bahan dalam rongga cetakan membentuk tablet. punch bagian tas kemudian ditarik dan punch bagian bawah naik ke atas sampai tepat pada permukaan dari temaptnya, mengangkat tablet untuk dilemparkan dari tempatnya dengan bnatuan sepatu pengisi yang bergerak di atas ruang cetakan sekali lagi untuk mengulangi proses tersebut. Tablet yang dilemparkan ditampung dalam wadah yang sesuai.
Mesin tablet berputar (rotary) yang biasa dan berkecepatan tinggi mempunyai banyak punch dan die (cetakan) dapat dengan hebat menyisihkan mesin tablet tunggal, Karena punch berputar secara terus-menerus maka pencetakan tablet berlangsung secara terus menerus juga. 

2. Granulasi Kering

Pada ,metode granulasi kering, graul dibentuk oleh pelembaban oatau penambahan bahan pengikat ke dalam campuran serbuk obat tetapi dengan cara memadatkan massa yang jumlahnya besar dari capuran serbuk, dan setelah itu memecahkannya dan menjadikan pecahan-pecahan ke dalam granul yang lebih kecil. Dengan metode ini, baik bahan aktif maupun pengisi harus memiliki sifat kohesif supaya massa yang jumlahnya besar dapat dibentuk. Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap air atau karena mengeringkannya diperlukan temperatur yang dinaikan.
Setelah penimbangan dan pencampuran bahan dengan cara yang sama seperti pada metode granulasi basah serbuk di “slugged” atau dikompresi menjadi tablet yang lebar dan datar atau pelet dengan garis tengah kira-kira 1 inci. Hal ini dapat dilakukan karena lairan serbuk ke dalam mesin slugging dibantu oleh adanya rongga besar dan tablet tidak memerlukan ukuran dan berat yang tepat. Kempaan harus cukup keras agar ketika dipecahkan tidak menimbulkan serbuk berceceran. Tablet kempaan ini dipecahkan dengan tangan atau alat dan diayak dengan lubang ayakan sesuai dengan yang diinginkan, pelincir ditambahkan sebagaimana biasanya dan tablet dibuat dengan dikempa. 

3. Kompresi Langsung

Beberapa granul bahan kimia seperti kalium klorida, kalium iodida, ammonium klorida dan metenamin, memiliki sifat mudah engalir sebagaimana juga sifat-sifat kohesifnya yang memungkinkan untuk langsung dikompresi dalam mesin tablet tanpa memerlukan granulasi basah atau kering.

4. Granul Garam Effervescent
Garam effervescent merupakan granula tau sebuk kasar sampai kasar sekali mengandung unsur obat dalam campuran yang kering, biasanya terdiri dari natrium bikarbonat, asam sitrat dan asam tartrat, bial ditambahkan dengan air asam dan basanya bereaksi membebaskan karbondioksida sehingga menghasilkan buih. Larutan dengan karbonat yang dihasilkan menutupi rasa gram atau rasa lain yang tidak diinginkan dari zat obat. Dengan lebih banyak penggunaan granul atau partikel kasar suatu campuran serbuk daripada menggunakan partikel biasa yang lebih halus dari bahan-bahan tadi, maka derajat kelarutan bahan ini berkurang selagi ditambahkan dalam air dan sebaliknya reaksi pembuihan yang hebat dan cepat tidak dapat dikendalikan akan berkurang. Pembuihan yang hebat terjadi pada segelas air yang diberi campuran ini dan mudah menumpahkan isinya dan sedikit sisa karbonat yang terdapat dalam larutan tersebut.

Metode Pengolahan
1. Metode Basa
Garam-garam effervescent biasanya diolah dari suatu kombinasi asam sitrat dan asam tartrat dari pada hanya satu macam asam saja, karena penggunaan asam tunggal saja akan menimbulkan kesukaran.
2. Metode Peleburan atau Metode Kering 
Dalam metode ini, satu molekul air yang ada pada setiap molekul asam sitrat bertindak sebagai unsur penentu bagi pencampuran serbuk. 


PENYALUTAN TABLET 

1. Tablet Bersalut Gula

Penyalutan tablet dengan gula dapat dibagi menjadi beberapa tahap sebagai berikut:
a. Dibuat tahan air dan diberi lak (bila perlu)
b. Diberi dasar penyalut
c. Penghalusan dan pembundaran
d. Finishing dan pemebrian warna (bila perlu)
e. Pemolesan
Umumnya proses penyalutan tablet ini dilaksanakan berurutan secara mekanis memakai panci penyalut (coating pan) yang nberbentuk bejana seperti buah dari besi berlapis stainless steel atau tembaga, pada bagian muka sebagian terbuka , dengan diameter 1-4 kaki, oleh karena itu kapasitasnya berbeda-beda. Setiap kali tablet dilapisi, bejana ini berputar oleh motor dengan kecepatan rendah, dimana tablet jatuh menggelinding dalam bejana dan bersentuhan satu sama lainnya dengan larutan bahan penyalut. Begitu berputar, larutan bahan penyalut dituangkan secara perlahan atau disemprotkan keatas tablet sebagian-sebagian dan udara hangat dihembuskan ke dalam bejana untuk mempercepat pengeringan, sehingga tablet-tablet ini tidak melekat satu dengan lainnyadan seluruh proses ini pun dapat dipercepat, karena tablet-tablet ini mungkin membutuhkan banyak lapisan, maka lapisan berikutnya baru dapat dilakukan apabila lapisan sebelumnya telah kering. Umumnya tablet yang akan disalut dibuat dengan cara kompresi tablet yang dibentuk cembung sekali dan tepinya setipis mungkin sehingga pelapisan tepinya lebih bulat dan tidak tajam.

a. Lapisan Kedap Air dan Lapisan Penutup
bagi tablet yang mengandung komponen-komponen yang dapat menyerap uap air maka tablet kompresi diberi lapisan tahan air atau penyalutan dari bahan seperti shellac sebelum diberi lapisan dasar. Shellac dan bahan kedap air lainnya yang dipakai ini dalam bentuk laruta alcohol, dituangkan perlahan-lahan dan disemprotkan sambil bejana diputar, udara hangat dihembuskan ke dalam bejana agar lebih cepat kering dan tidak melekat satu dengan lainnya. Mungkin lapisan kedua perlu diberikan lagi sebgai tambahan agar terjamin penguapan bahan yang lembab pada tablet kompresi tersebut.

b. Penyalutan Dasar
Setelah pelapis kedap air atau diberi lapisan penutup perlu bila diperlukan, baru tablet ini akan diberi lapisan gula atau sirup sebanyak 3-5 lapis dengan tujuan agar tablet ini menjadi bunar dan ikatan gula pada tablet kompresi juga kuat. Dalam penggunaan lapisan tambahan biasanya sirup kental yang mengandung gelatin dan kadang-kadang ditambahkan akasia kepada tablet begitu diputar dalam bejana penyalutan. Apabila tablet-tablet kering sebagiab-sebagian akan dilapisis oleh debu-debu berupa capuran serbuk gula, amilum, sering ada juga talk, akasia atau lapisan endapan dari kapur. Udara hangat dihembuskan ke tablet-tablet bergerak tadi dan setelah kering proses memberikan lapisan tambahan ini diulang-ulang sampai ukuran yang diinginkan tercapai. Pada tahap ini biasanya tablet dipindahkan dari bejana dan serbuk atau debu yang masih menempel pada tablet dibersihkan dengan cara digosok-gosokan pada kain kasar, sedang bejana dibersihkan dari sisa-sisa bahan tadi.

c. Penghalusan dan Pembundaran Terakhir
Setelah tablet diberi salut dasar sesuai dengan bentuk yang diinginkan, 5-10 penyalut tamabahan dengan sirup yang kental ditambahkan lagi guna mencapai kebundaran yang tepat serta menghaluskan penyalutan tersebut. 

d. Finishing dan Pewarnaan
Untuk mencapai penghalusan akhir dan warna yang pantas, dipakai lapisan terdiri dari sirup encer dengan zat warna yang diinginkan (bila ada). Tahapan ini dilakukan dalam sautu bejana yang bersih bebas dari sisa bahan-bahan penyalutan sebelumnya. 
Tablet yang akan disalut dengan salah satu metode ini, kemudian dapat dilewatkan melalui mesin cetak khusus, untuk diberi symbol atau tanda di atas tablet.

e. Polishing (Mengkilapkan)
Tablet yang bersalut apat dibuat mengkilap dalam bejana berbentuk drum, dibuat dari kain yang direntangkan diatas rangka metal atau bejana penyalut seperti biasa dilapisi kanvas. Kein atau kanvas dilapisi lilin seperti lilin carnauba dengan atau tanpa tambahan lilin. Tablet-tablet ini akan mengkilap begitu menggelinding dalam bejana tadi. Atau lilin ini dilarutkan dalam pelarut yang tidak berair seperti aseton atau petroleum bensin dan disemprotkan ke dalam tablet-tablet dalam jumlah yang kecil yangs edang menggelinding. Setelah tiap lapisan kering, tambahkan sejumlah kecil talk ke tablet-tablet yang bergelincir untuk menambahkan kilapnya. 


2. Tablet Bersalut Selaput

Proses penyalutan dengan selaput dimana tabnlet akan disalut oleh selaput seperti bahan plastik yang tipis, telah dikembangkan untuk meghasilkan suatu tablet bersalut yang pada dasarnya berat, ukuran dan bentuknya sama dengan tablet kompresi asalnya. Penyalutan ini cukup tipis untuk menampakan suatu monogram yang diukir pada tablet dengan punch tablet. sebagai tambahan tablet bersalut selaput ini lebih tahan terhadap kerusakan akibat goresan daripada tablet bersalut gula dan sebagaimana tablet bersalut gula, dapat diberi pewarna agar lebih baik dan menarik.
Larutan selaput penyalut yang dapat menghasilkan penyalutan pada tablet biasanya mengandung jenis-jenis bahan sebagai berikut:
a. Pembentukan selaput yang mampu menghasilkan lapisan tipis yang halus, dapat diproduksi kembali di bawah kondisi penyalutan biasa dan dapat untuk tablet dengan berbagai bentuk. Contoh: selulosa aseta pthalat.
b. Bahan logam campuran memungkinkan ke;alrutan dalam air atau permeabilitas air ke dalam selaput agar pasti dapat ditembus oleh cairan tubuh dan kemungkinan ketersediaan terapeutik obatnya.
c. Plasticizer untuk mendapatkan fleksibilitas dan elastisitas dari penyalutan yang berarti memperpanjang umur tablet. contoh: minyak jarak.
d. Surfaktan utnuk meningkatkan daya penyebaran film selama penggunaanya. Contoh: derivate polioksietilen sorbitan.
e. Oapquant dan pewarna, membuat penampilan tablet menjadi manis dank has. Contoh: opaquant, titandioksid; pewarna, zat warna F.D dan C atau zat warna D dan C.
f. Pemanis, perasa, dan pengharum untuk meningkatkan diterimanya tablet oleh pasien. Contoh: pemanis, sakarin; perasa dan pengharum, vanili.
g. Pengkilap memungkinkan berkilaunya tablet tanpa memisahkan dari pekerjaan pengkilapan. Contoh: lilin tawon.
h. Pelarut yang mudah menguap memungkinkan penyebaran komponen-komponen lain di sekitar tablet sambil mempercepat penguapan agar pekerjaan lebih efektif dan lebih cepat. Contoh: campuran alkohol aseton.

3. Tablet Kunyah

Tablet kunyah adalah tablet yang dimaksudkan untuk hancur perlahan-lahan dalam mulut dengan kecepatan yang wajar, dengan ataupun tanpa mengunyah dengan sesungguhnya. Karakteristik tabletkunyak memiliki bentuk yang halus setelah hancur, mempunyai rasa yang enak dan tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak. Manitol, alkohol heksahidrat yang berbentuk kristal putih, yang memiliki sifat-sifat yang iinginkan sebagai penbawa tablet kunyah, digunakan secara luas untuk maksud ini. 
Pelincir dan pengikat yang tidak mengurangi bentuk atau kekerasan tablet yang diinginkan, digunakan dalam formulasi tablet kunyak. Untuk menambah penampilan tablet, warna dan rasa kue atau buah biasanya digunakan. Diantara jenis produk yang dibuat tablet kunyak adalah antasida dan vitamin-vitamin, aspirin dan sediaan antibiotik yang dimaksudkan untuk anak-anak. 

DAFTAR PUSTAKA
Pengantar bentuk Sediaan Farmasi. Howard Ansel
The Theory & Practice of Industrial Pharmacy, Lachman
Farmakope Indonesia Edisi IV
Pembuatan Tablet. http://andayana.wordpress.com